Belajar Membaca Tanpa Mengeja

Mengeja masih menjadi andalan beberapa guru dalam mengajar anak membaca. Namun, tak jarang, cara ini sering membuat anak-anak menjadi tertekan. Rasa tertekan bisa terjadi kepada anak usia balita maupun SD. Penjelasannya dapat Anda baca berikut ini.

Pernahkah Anda mencoba menyusun puzzle? Walaupun puzzle adalah kepingan-kepingan gambar yang terpisah, tetapi faktanya, mengetahui terlebih dulu gambar utuh dari kepingan puzzle  akan mempermudah kita memecahkan teka-tekinya dibandingkan langsung menyusunnya tanpa melihat gambar akhir.

Nah, ibarat kepingan puzzle, huruf merupakan bagian terkecil sebuah gambar yang tidak bisa diterjemahkan maknanya. Huruf bukan hal menarik bagi anak-anak, kecuali jika mereka telah menyadari bahwa  huruf adalah  unsur penyusun kata-kata yang biasa mereka ucapkan.

Karena huruf tidak bermakna,  ada sejenis beban yang menyertai otak anak ketika mereka diajak untuk mengeja. Anak-anak akan merasa tak punya tujuan. Jika daya tahan mereka belum cukup baik, maka kegiatan mengeja dapat  melumpuhkan minat belajar pada tahap selanjutnya.

Kepada orang dewasa sebenarnya hal ini juga sering terjadi. Saat kita menghadiri sebuah acara dan tidak tahu persis apa manfaatnya bagi kita, secara reflek kita akan meninggalkannya.

Oleh karena itu, belajar membaca tanpa mengeja bukan sebuah konsep asal-asalan tanpa argumentasi. Belajar membaca tanpa mengeja adalah cara yang sangat ramah anak, agar mereka terbebas dari beban psikologis dalam menjalani proses belajar.

Lalu apa cara alternatif agar anak  bisa belajar membaca tanpa harus mengeja? Ada dua teknik utama yang sudah biasa dilakukan agar anak tidak perlu mengeja saat belajar membaca, yaitu anak langsung membaca kata atau anak diajak untuk membaca suku kata. Kedua cara ini memerlukan teknik mengajar yang berbeda tentunya. Penjelasan lebih lengkap, dapat Anda baca dalam ebook, “Cara Mudah Mengajar Anak Membaca“.